KONTRIBUSI BISNIS PERIKANAN DALAM
PEMBANGUNAN EKONOMI
Menurut Daryanto (2007), sumber
daya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi
hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime
mover) ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pertama,
Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari
kuantitas maupun diversitas. Kedua, Industri di sektor perikanan memiliki
keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Ketiga, Industri perikanan berbasis
sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah national resources based
industries, dan keempat Indonesia memiliki keunggulan (comparative
advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagimana dicerminkan dari
potensi sumber daya yang ada.
Menurut Kurniawan (2010)
Pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang sebagai
hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun,
lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan basis
perekonomian nasional, maka sudah sewajarnya jika sektor perikanan dan kelautan
ini dikembangkan menjadi sektor unggulan dalam kancah perdagangan
internasional. Dengan demikian, dukungan sektor industri terhadap pembangunan
di sektor perikanan dan kelautan menjadi suatu hal yang bersifat keharusan.
Karena itu, pembangunan perikanan dan kelautan dan industri bukanlah alternatif
yang dipilih, namun adalah komplementer dan saling mendukung baik bagi input
maupun output. Secara teoritis pengembangan perikanan memiliki keterkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Keterkaitan umum antara sumber daya
perikanan, produksi, usaha penangkapan, kebijakan pemerintah, dan pasar akan
berpengaruh kepada GDP yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
nasional. (Soemokaryo, 2001)
Secara teoritis pengembangan
perikanan memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Keterkaitan
umum antara sumber daya perikanan, produksi, usaha penangkapan, kebijakan
pemerintah, dan pasar akan berpengaruh kepada GDP yang selanjutnya akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. (Soemokaryo, 2001)
Pembangunan perikanan bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan nelayan (petani ikan) dengan jalan meningkatkan
produktivitas, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha
(Reksohadiprodjo dan Pradono, 1988). Namun mengingat kegiatan perikanan yang
dapat dikatakan sebagai usaha yang sangat tergantung pada alam dan ketersediaan
sumber daya disuatu perairan menyebabkan ada fluktuasi kegiatan usaha perikanan
yang sangat jelas. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi aktifitas nelayan
(petani ikan) dalam berusaha. Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah
penduduk yang besar, strategi pembangunan dengan basis sumber daya alam dapat
pulih (seperti sektor perikanan) merupakan suatu hal yang tepat. Hal ini di
karenakan
1.
potensi
sumber daya Indonesia yang sangat besar
2.
keterkaitan
industri hulu (backward-linkages industri) dan keterkaitan industri
hilir (foward-linkages industries) yang kuat dan diharapkan dapat menciptakan
efek ganda (multiplier efects) yang besar
3.
penyerapan
tenaga kerja yang besar;
4.
dapat
mengatasi ketimpangan pembangunan antar wilayah dikarenakan kegiatan ekonomi
berbasis sumberdaya alam yang dapat pulih bisa dan biasanya berlangsung di
daerah pedesaan
5.
karena
bersifat dapat pulih, maka bisa mewujudkan pola pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan.
(Dahuri, 2002) Menurut Kusumastanto
(2000), salah satu persoalan yang mendasar dalam perencanaan pengembangan
sektor perikanan adalah lemahnya akurasi data statistik perikanan. Hal ini
menyebabkan kendala dalam penerapan kebijakan pengembangan sektor perikanan.
Selain itu, untuk menjadikan sektor perikanan sebagai motor penggerak sektor
riil, dalam pengembangnya harus memperhatikan kaidah ekonomi dengan memperhatikan
keterkaitan dengan berbagai sektor ekonomi.
Menurut Fauzie (2009), perencanaan
pembangunan kelautan dan perikanan didasarkan pada konsepsi pembangunan
berkelanjutan yang didukung oleh pengembangan pengembangan industri berbasis
sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam mencapai daya saing yang tinggi.
Tiga hal pokok yang akan dilakukan terkait arah pembangunan sektor perikanan ke
depan, yaitu
(1) membangun sektor perikanan yang
berkeunggulan kompetitif (competitive advantage) berdasarkan keunggulan
komparatif (comparative advantage);
(2) menggambarkan sistem ekonomi
kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan;
(3) mempercepat pembangunan ekonomi
daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi
daerah. Dalam konteks pola pembangunan tersebut, ada tiga fase yang harus
dilalui dalam mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan dalam
hal daya saing, yaitu
a)
fase
pembangunan yang digerakkan oleh kelimpahan sumber daya alam (resources driven);
b)
fase
kedua adalah pembangunan yang digerakan oleh investasi (investment driven)
dan;
c)
fase ketiga pembangunan yang digerakkan oleh
inovasi (inovation driven).
Dalam pengembangan sektor
perikanan tidak hanya terkait dalam usaha perikanan tangkap maupun budidaya
saja. Menurut Erwadi dan Syafri dalam Hendri (2010) Peluang bisnis kelautan dan
perikanan setidaknya dapat dilihat dari dua faktor yaitu
1.
faktor
internal berupa potensi sumber daya kelautan dan perikanan, potensi sumber daya
manusia, teknologi, sarana dan prasarana serta pemasaran, dan
2.
faktor
eksternal yang berkaitan dengan aspek permintaan produk perikanan dan
syarat-syarat yang menyertai permintaan tersebut dalam rangka persaingan.
Pembangunan kelautan dan perikanan
yang telah dilasanakan selama ini dalam rangka mewujudkan tiga pilar
pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan
tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan). Dengan melihat potensi yang
ada, pembagunan kelautan dan perikanan harusnya dapat menjadikan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dari pada keadaan sekarang. Adanya
kesalahan orientasi pembangunan dan pengelolaan sumber daya menyebabkan
Indonesia belum dapat mengoptimalkan manfaat dari potensi sumber daya yang ada.
·
Tenaga Kerja Sektor Perikanan
Salah satu permasalahan yang timbul
dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang dan sekaligus merupakan salah
satu ciri negara tersebut adalah adanya ledakan penduduk (population
explotion). Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja sehingga
terjadi peningkatan penawaran angkatan kerja. Ketenagakerjaan memiliki peran
strategis dan menduduki posisi sentral dalam meningkatkan produktivitas dan
kinerja suatu industri pengolahan, termasuk pengolahan ikan. Harus disadari,
bahwa ketenagakerjaan merupakan aset perusahaan yang paling berharga dan
terpenting, mengingat peran dan fungsinya sebagai value creating,
diversifikasi produk olahan serta pengembangan manfaat teknologi agar industri
mampu selalu menghasilkan produk yang mengikuti dinamika perubahan permintaan
pasar. (Arthajaya, 2008).
Menurut KKP (2010), penyerapan tenaga
kerja pada sektor perikanan dibagi pada kegiatan perikanan tangkap, perikanan
budidaya, pengolahan dan pemasaran, serta jasa penunjang lainnya yang meliputi
tenaga kerja yang terlibat pada program-program pemberdayaan di sektor
perikanan.
·
Analisis Input – Output
Perekonomian merupakan suatu sistem
yang interdependent, sehingga membuat perekonomian menjadi sangat kompleks,
tapi juga membuatnya lebih fleksibel dan adaptif. Interdependensi disini
maksudnya peristiwa atau perubahan yang terjadi pada suatu sektor akan
berpengaruh kepada sektor lain bahkan mempengaruhi sektor itu kembali pada
putaran berikutnya. Salah satu analisis yang dapat menelaah struktur perekonomian
yang saling berkaitan ini adalah analisis input-output. (Tarigan, 2005)
Tabel 5.1. Struktur Permintaan
Sektor-sektor Dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (juta rupiah)
Kode Sektor
|
Permintaan Antara
|
Permintaan Akhir
|
Total Permintaan
|
Rangking
|
1
|
166.813.624
|
3.027.285
|
169.840.909
|
16
|
2
|
111.685.879
|
190.423.869
|
302.109.748
|
11
|
3
|
172.632.466
|
31.845.570
|
204.478.036
|
14
|
4
|
139.451.091
|
127.982.124
|
267.433.215
|
13
|
5
|
45.645.619
|
8.407.434
|
54.053.053
|
18
|
6
|
72.862.360
|
110.904.926
|
183.767.286
|
15
|
7
|
403.970.254
|
313.512.631
|
717.482.885
|
5
|
8
|
295.573.773
|
709.097.678
|
1.004.671.451
|
3
|
9
|
1.168.379.558
|
1.218.004.100
|
2.386.383.658
|
1
|
10
|
243.355.061
|
164.748.292
|
408.103.353
|
9
|
11
|
85.440.795
|
39.049.910
|
124.490.705
|
17
|
12
|
99.869.565
|
1.144.105.970
|
1.243.975.535
|
2
|
13
|
425.000.993
|
574.121.752
|
999.122.745
|
4
|
14
|
63.031.684
|
274.067.557
|
337.099.241
|
10
|
15
|
306.439.290
|
353.662.333
|
660.101.623
|
6
|
16
|
393.152.748
|
173.476.816
|
566.629.564
|
8
|
17
|
11.723.490
|
263.563.499
|
275.286.989
|
12
|
18
|
176.134.585
|
445.007.310
|
621.141.895
|
7
|
19
|
1.011.101
|
2.858.205
|
3.869.306
|
19
|
Jumlah
|
4.382.173.936
|
6.147.867.261
|
10.530.041.197
|
Dilihat dari struktur permintaan
akhir sektor perikanan pada Tabel 5.3, output sektor perikanan pada permintaan
akhir sebagian besar digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga (301), yang
besarannya mencapai 112,638 trilyun rupiah atau 61,3% dari total permintaan,.
Besarnya output sektor perikanan untuk memenuhi permintaan rumah tangga (301)
lebih besar dari jumlah total permintaan antara sektor perikanan. Hal ini
menunjukan bahwa konsumsi rumah tangga (301) merupakan pasar utama dalam
pemanfaatan output sektor perikanan dan sebagian besar pemanfaatan output
sektor perikanan untuk konsumsi masih dalam bentuk produk asli (belum mengalami
perubahan bentuk atau pengolahan).
Tabel 5.2. Struktur Permintaan Antara
Sektor Perikanan Dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (juta rupiah)
Kode Sektor
|
Nama Sektor
|
Permintaan Antara Sektor
Perikanan
|
Persentase
|
1
|
Padi
|
0
|
0
|
2
|
Tanaman bahan makanan lainnya
|
0
|
0
|
3
|
Tanaman pertanian lainnya
|
8.918
|
0,02
|
4
|
Peternakan dan hasil-hasilnya
|
0
|
0
|
5
|
Kehutanan
|
0
|
0
|
6
|
Perikanan
|
19.608.843
|
26,91
|
7
|
Pertambangan dan penggalian
|
0
|
0
|
8
|
Industri makanan, minuman dan
tembakau
|
42.001.167
|
57,64
|
9
|
Industri lainnya
|
621.988
|
0,85
|
10
|
Pengilangan minyak bumi
|
0
|
0
|
11
|
Listrik, gas dan air bersih
|
0
|
0
|
12
|
Bangunan
|
0
|
0
|
13
|
Perdagangan
|
0
|
0
|
14
|
Restoran dan hotel
|
8.188.111
|
11,24
|
15
|
Pengangkutan dan komunikasi
|
28.639
|
0,04
|
16
|
Lembaga keuangan, usaha
bangunan dan jasa perusahaan
|
197.806
|
0,27
|
17
|
Pemerintah umum dan
pertahanan
|
0
|
0
|
18
|
Jasa-jasa
|
2.206.888
|
3,03
|
19
|
Kegiatan yang tak jelas
batasannya
|
0
|
0
|
TOTAL
|
72.862.360
|
100
|
Tabel
5.3. Struktur Permintaan Akhir Sektor Perikanan Dalam Perekonomian Indonesia
Tahun 2008 (juta rupiah)
Kode Tabel I-O
|
Struktur Permintaan Akhir
|
Permintaan Akhir Sektor
Perikanan
|
Persentase Terhadap Total
Permintaan
|
301
|
Konsumsi Rumah Tangga
|
112.638.745
|
61,3
|
302
|
Konsumsi Pemerintah
|
0
|
0
|
303
|
Pembentukan Modal Tetap
|
0
|
0
|
304
|
Perubahan Inventori
|
(4.587.976)
|
-2,5
|
305
|
Ekspor
|
2.854.157
|
1,5
|
TOTAL
|
110.904.926
|
Tingginya pemanfaatan output
sektor perikanan pada konsumsi rumah tangga (301) merupakan suatu peluang yang
dapat dimanfaatkan dalam pengembangan sektor perikanan. Peningkatan konsumsi
rumah tangga (301) terhadap produk perikanan akan berdampak terhadap peningkatan
permintaan output produk perikanan sehingga akan semakin berkembangnya sektor
perikanan. Hal ini masih sangat dimungkinkan karena tingkat konsumsi ikan per
kapita di Indonesia terus mengalami peningkatan dan masih relatif rendah di
bandingkan dengan negara-negara maju.
·
Angka
Pengganda Lapangan Pekerjaan (Employment Multiplier)
Angka
pengganda lapangan pekerjaan merupakan efek total dari perubahan lapangan
pekerjaan dalam perekonomian sebagai akibat adanya perubahan permintaan akhir
pada sutau sektor. Perubahan permintaan akhir pada suatu sektor akan
menyebabkan perubahan output yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan
pada permintaan tenaga kerja. Untuk dapat melihat efek perubahan permintaan
akhir terhadap perubahan lapangan pekerjaan pada suatu sektor, diperlukan
jumlah tenaga kerja awal disetiap sektor dalam menghasilkan output. Jumlah
tenaga kerja ini merupakan jumlah yang memang telah digunakan untuk melakukan
proses produksi pada waktu yang bersangkutan. Selain itu, asumsi yang digunakan
di sini adalah bahwasanya seorang pekerja hanya bekerja di satu sektor saja dan
tidak ada kemungkinan bekerja di dua atau lebih sektor sekaligus. Sehingga
penentuan sektor pekerjaan suatu tenaga kerja dengan menentukan pekerjaan
utama. Lapangan pekerjaan utama adalah lapangan pekerjaan yang mendapatkan
alokasi waktu paling besar dari keseluruhan waktu kerja seseorang.
Berikut ini adalah contoh peran
serta pemerintah dalam membangun perekonomian bisnis perikanan:
Peran serta pemerintah dalam membangun dan mengoptimalkan sumber daya perikanan dan kelautan di Indonesia cukup maksimal hal itu dapat kita lihat dari kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB di berbagai Provinsi contohnya Aceh, Pemda Aceh melakukan kerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Aceh. Yakni membuat suatu kebijakan berupa pendirian Pusat Pertumbuhan Perikanan NAD. Maksudnya, telah ditentukan tempat-tempat pertumbuhan untuk berbagai subsektor di sektor perikanan dengan tujuan agar dapat memacu tingkat perkembangan perikanan di NAD. Selain itu, dia bertujuan untuk menarik wilayah-wilayah sekitar pusat pertumbuhan untuk bersama-sama memberikan kontribusi dalam meningkatkan jumlah produksi perikanan di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yakni dengan membuat pusat pertumbuhan perikanan tangkap di Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang dan sekitarnya, membuat pusat kegiatan Budidaya air tawar di Takengon, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, membangun Budidaya air payau di Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Tamiang, budidaya laut di Pulau Simelue dan sekitarnya, Sinabang (BIP Aceh, 2008 dalam lepmida.com).
Tidak cukup dengan pendirian Pusat Pertumbuhan Perikanan, Pemda Aceh juga melakukan upaya eksplorasi sumberdaya kelautan dan perikanan melalui peningkatan kapasitas industri perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan, dan industri kelautan yang bertumpu pada Iptek. Dari sini kita dapat melihat sekelumit gambaran komitmen pemerintah untuk mengarahkan pembangunan negeri ini dari sektor perikanan dan kelautan, walaupun diperlukan lagi adanya keberlanjutan yang lebih efektif dari semua usaha yang telah dilakukan tersebut.
Tantangan dan Peluang Pembangunan Perikanan dan Kelautan di Aceh. Dalam hal konteks pembangunan ekonomi Aceh berbasis perikanan dan kelautan maka untuk melakukan pembangunan sektor tersebut dapat kita perhatikan pada salah satu peluang besar yakni tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan di wilayah Aceh yang telah mencapai 37,60% atau 102.555 ton (tahun 2004), sedangkan tingkat maximum sustainable yield (MSY) plus total allowable catch (TAC) baru mencapai 272.707 ton (Dinas Perikanan NAD 2008).
KESIMPULAN
Kontribusi terbesar dari komponen
permintaan akhir dalam pembentukan output dan kebutuhan tenaga kerja pada
sektor perikanan adalah pada pengeluaran konsumsi rumah tangga dan kemudian
diikuti oleh komponen ekspor. Sedangkan dampak penambahan investasi sebesar 100
milyar rupiah pada sektor perikanan adalah terjadinya peningkatan total output
perekonomian sebesar 138,039 milyar rupiah, dimana pada sektor perikanan
meningkat sebesar 112,213 milyar rupiah. Sedangkan dampak terhadap penambahan
kebutuhan tenaga kerja secara total dalam perekonomian sebanyak 1.379, dimana
pada sektor perikanan sebanyak 1.084 orang.
Gambar.
Keterkaitan Pengembangan Perikanan Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan
pemerintah
(Investasi,
produksi, infrastruktur, dll)
Produksi
tuna
Sumberdaya ikan Usaha penangkapan Produksi Udang laut Produksi agroindustri
Sumberdaya
tambak
Usaha budidaya Produksi udang
Produksi
ikan lain
Permintaan
TK. Psr ekspor Psr ekspor produksi
produksi
segar olahan
Pasar
domestik
Produk
nasional
Sektor
perikanan
Pertumbuhan
ekonomi nasional
TUGAS 1
MANAJEMEN BISNIS
PERIKANAN
p
DISUSUN
OLEH:
FITRIANI
BORUT
2010-68-014
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2012
t